Kamis, 28 April 2011

AKU LEBIH BAIK MENJADI PEMALAS

Oleh: Yana Mulyana

Kita tidak perlu mencari definisi pemalas. Mungkin kita telah mengetahui pemalas berasal dari kata malas. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “malas” berarti enggan melakukan aktivitas, tidak rajin bekerja, atau tidak mau melakukan sesuatu. Jadi Pemalas adalah orang yang malas. Kemalasan adalah sifat dari orang pemalas. Kemalasan-kemalasan sudah bertebaran di sekeliling kita, baik di teman kita, pimpinan kita atau juga dalam diri kita sendiri. Pepatah mengatakan: “Rajin Pangkal Pandai, Malas Pangkal Bodoh”. Apakah pepatah itu masih berguna sampai sekarang? Mungkin kita harus melakukan survei akan hal ini.

Pemalas di era modern kini menjadi acungan jempol bahkan mungkin menjadi raja di kalangan tertentu. Kita mungkin bangga terhadap prestasi yang gemilang akibat dari kerja keras kita dalam prestasi kerja namun, apa yang kita dapat? Mungkin hanyalah sebuah omongan-omongan di lingkungan kita. Tak akan ada satupun yang peduli terhadap kita. Mungkin segelintir orang memberikan penghargaan bagi kita dengan secuir kertas yang akan musnah terguyur hujan atau lusuh dimakan waktu, sedangkan realisasi dalam kehidupan sehari-hari mungkin tanda tanya besar.

Pembaca yang budiman, mungkin saudara akan mengasumsikan bahwa penulis ini orang yang ingin dipuji, penulis adalah orang yang ingin diakui atau dilihat orang? Namun, begitulah adanya. Siapapun termasuk penulis, pembaca sekalian, kritikus, komentator mereka adalah manusia. Menurut Sarah Jessica dalam bukunya The Art Of Building Relation With People mengemukakan bebarapa sifat manusia yaitu:
  1. Manusia pada dasarnya adalah egois
  2. Manusia lebih menyukai atau tertarik terhadap diri mereka sendiri daripada  apapun lainnya.
  3. Manusia pada umumnya ingin merasa menjadi lebih penting di hadapan siapapun
  4. Manusia mempunyai sifat ingin dihargai.
 Jika kita mengamati sifat-sifat tersebut, maka kita dapat buktikan pada diri kita saja. Apa yang kita rasakan apabila kita telah berjuang dengan keras dan membuahkan hasil yang memuaskan menurut kita, ternyata orang lain mengejek karya itu. Tidak sedikit pertengkaran terjadi karena ketidaknyamanan kita atas penilaian orang lain. Penulis rasa tak satupun orang yang mau dikritik. Meski pada kenyataannya ada orang yang dikritik seperti sudah biasa. Namun coba tanyankan bagaimana hati kecilnya? penulis rasa hati kecilnya itu akan hancur berkeping-keping. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia memang memiliki sifat egois.
Ada keuntungan menjadi pemalas antara lain:
  1. Tidak akan terlalu capek baik secara fisik maupun secara intelektual dan emosional
  2. Tidak akan terlalu boros finansial
  3. Senantiasa diingat oleh pimpinan
  4. Disayangi pimpinan 
  5. Dipercaya oleh orang lain.
 Seandainya orang lain sibuk bekerja pemalas tidak akan capek bekerja karena dia cukup tinggal diam melihat orang lain yang bekerja, seolah-olah mereka yang sibuk bekerja adalah pemain favoritnya yang harus mati-matian mempertahankan prestasinya masing-masing. Ini adalah pekerjaan yang sangat menyenangkan. Selain itu, pemalas tidak perlu mengeluarkan biaya untuk melatih dirinya menjadi pemalas professional sebab pemalas tinggal diam saja dalam setiap pekerjaan.

Pemalas adalah selebritis atau publik figur sebab siapa yang tidak akan kenal dengannya dan segala keinginannya akan segera tercapai sebab dia dipercaya oleh orang lain. Tidak kalah strategisnya adalah seorang pemalas itu sangat di sayang oleh pimpinannya sebab pimpinannya sangat menghawatirkan dia dipecat. Supervisi, monitoring dan pembinaan hanyalah ditujukan kepada orang-orang yang rajin. Oleh karena itu, tidak sedikit teguran, kritikan bagi karya-karya orang yang bekerja keras dan bagi pemalas tidak akan ada teguran atau kritikan sebab dia tidak mempunyai karya. Seolah-olah orang yang bekerja keras itu adalah prajurit yang harus berperang di garis besar dan pemalas adalah perwira tinggi atau pasukan cadangan yang akan lari ketika para prajurit utama tewas di garis depan.

Tidak dapat dihindarkan, setiap hal yang akan kita pilih dan putuskan tentu akan mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut antara lain:
  1. Tebal kulit muka melihat orang-orang yang apatis terhadap diri seorang pemalas.
  2. Seorang pemalas harus tuli terhadap bisikan-bisikan orang-orang di sekelilingnya.
  3. Seorang pemalas tidak boleh memiliki rasa iba atau kasihan melihat orang yang sedang bekerja meski dihadapannya terdapat orang yang akan celaka akibat pekerjaanya.
  4. Carilah pemimpin yang tidak berwibawa dan lemah atau lebih baik cari tempat kerja yang tidak terapat pemimpinnya.
  5. Berusaha meyakinkan oranglain dengan segala dalil yang dimiliki.
  6. Segera cuci tangan apabila disalahkan kemudian carilah kambing hitam atas persoalan yang dihadapi.
Beberapa syarat tadi akan menjadikan seorang pemalas aman sentosa, sehat senantiasa dan sejahtera.
Pembaca yang budiman, itu adalah resep racun yang akan membawa kita ke dalam jurang kenistaan dan kecelakaan. Penulis bukanlah menginginkan resep-resep racun itu. Namun, yang diharapkan oleh penulis tentang lebih baik menjadi pemalas adalah sebagai berikut:
  1. Penulis lebih baik menjadi pemalas terhadap kesombongan, kemunafikan dan ketidak adilan
  2. Lebih baik menjadi pemalas terhadap mengobok-obok sebuah kondisi yang tentram dan damai
  3. Lebih baik menjadi pemalas dalam hal ketidakbaikan

Semoga Bermanfaat.